Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama melakukan kunjungan ke Markas Central of Disease Control (CDC) Amerika Serikat pada 22 – 23 Maret 2012.
Dalam laporannya Prof. Tjandra menyampaikan, CDC adalah suatu badan sejenis Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit di Indonesia. CDC didirikan pada tahun 1946, merupakan satu-satunya kantor kesehatan pemerintah Amerika Serikat yang lokasinya di luar area Washington CDC. Kantor CDC didirikan di Atlanta negara bagian Georgia dengan 15.000 orang pegawai ini terletak di kawasan selatan dari negara Amerika Serikat karena pada tahun 1946-an malaria jadi masalah kesehatan penting di daerah Selatan Amerika. Sekarang memiliki sekitar
CDC mempunyai semacam kebijakan strategik yaitu 1) Memperkuat surveilans epidemiologi dan laboratorium; 2) Center of global health; 3) Kerja melalui negara bagian dan pemerintah lokal.
CDC dibagi menjadi 7 kegiatan, salah satunya menangani penyakit menular adalah “Office of Infectious Diseases”, yang terdiri dari 3 bagian: 1) Emerging Infectious Diseases & zoonosis; 2) HIV, Sexually Transmitted Diseases, Hepatitis, TB; 3) Imunisasi, penyakit paru & pernapasan.
Prof. Tjandra menyebutkan, beberapa perbedaan antara kegiatan CDC di Amerika Serikat dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit di Indonesia adalah: pertama, Kegiatan Epidemiologi dan Laboratorium dikerjakan oleh CDC, di Indonesia kegiatan Epidemiologi dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan kegiatan Laboratorium oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Perbedaan kedua, di Amerika Serikat, kegiatan laboratorium yang dikerjakan CDC lebih ke applied research dan diseases burden, sementara kegiatan laboratorium yang dikerjakan NIH (yang di Indonesia adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) lebih ke ilmu dasar.
Yang ketiga, semua infeksi di Amerika Serikat di berbagai jenis pelayanan kesehatan merupakan ruang lingkup kerja CDC, termasuk infeksi di RS.
Selanjutnya keempat: kegiatan seperti Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dikerjakan oleh CDC. Pertanyaan diajukan oleh masing-masing program yang menangani penyakit tertentu di CDC. Pertanyaan bisa berbeda di negara bagian tertentu, misalnya West Nile ditanya mengenai virus di Missisipi sedangkan pertanyaan mengenai dampak badai oleh negara bagian lain. Di Indonesia kegiatan Riskesdas ditangani oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sementara itu, lanjut Prof. Tjandra, jika ada Kejadian Luar Biasa terjadi di salah satu daerah di Amerika Serikat maka penanganannya adalah ditangani dulu oleh negara bagian, baik dari sudut epidemiologi dan laboratorium, kemudian negara bagian bisa menghubungi CDC untuk konsultasi atau minta bantuan. Kalau diperlukan maka CDC mengirim staf ke negara bagian yang sedang mengalami KLB. Jika KLB mengenai beberapa negara bagian sekaligus maka CDC dapat langsung turun tangan ke lapangan. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel di lapangan pada saat KLB dikerjakan oleh laboratorium negara bagian masing-masing, dan dapat juga oleh laboratorium CDC langsung. CDC juga bekerjasama dengan asosiasi laboratorium dan juga asosiasi ahli surveilans epidemiologik
Prof. Tjandra mengatakan, kunci penting untuk mengatasi berbagai kegiatan penanganan penyakit menular (baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia) adalah koordinasi yang baik antar berbagai badan yang menangani penyakit menular.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili: (021) 52960661; 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau e-mail kontak@depkes.go.id.